Manusia
diciptakan oleh Alloh SWT dan ditempatkan di bumi dengan berbagai sumber
penghidupan bertujuan sapaya bersyukur kepadaNya (Qs. Al-A’roff) Sehingga apapun propesinya, sesungguhnya
Allah-lah yang mempersiapkannya baik PNS, TNI, polisi, hakim, pengacara,
advokat, akuntan, wartawan, pengusaha, auditor, dll. Hal ini bisa kita cermati
pada potongan ayat “ wajaa’lnaa lakum
fiihaa maa’yisy”, maa’yisy dalam
kalimat tersebut merupakan bentuk sighat
jamak taksir yang berarti bermakna banyak, sehingga dapat diartikan bebagai
macam sumber penghidupan telah Allah SWT persiapkan bagi mahluknya, kemudian
yang menjadi persoalan di profesi mana kita menjemput penghidupan yang telah
disiapkan. Dan dari pekerjaan itu Allah SWT menjadikan manusia kaya dan cukup
(mampu), adapun keadaan miskin adalah karena kesalahannya sendiri. Hal tersebut
karena Allah SWT tidak merubah suatu kaum, kecuali kaum itu yang merubah
dirinya sendiri.
Namun, amat sedikit yang bersukur. Sedikit disini
merupakan penafsiran kulitatif, sehingga pemaknaannya tidak ada batasan angka,
berapa jumlahnya, sehingga upaya menjadi golongan yang sedikit itu harus kita
upayakan.
Dalam berupaya menjadi golongan yang sedikit, bekerja dan
berwirausaha dalam Islam harus senantiasa sesuai dengan prinsip yang illahiyah,
semua diniatkan karena Allah SWT. Ketika kita dalam keadaan kaya dan mampu
tentunya akan dapat memberikan kontribusi positif baik buat pribadi maupun
orang lain. Adapun prinsip-prinsip Ekonomi Islam dalam kewirausahaan sbb :
1. Wujubul
a’mali
(Wajib bekerja)
Manusia sebagai mahluk dan khalifah
di muka bumi wajib bekerja dalam menjemput sumber penghidupan, sebagaimana
firman Allah SWT Qs. At-taubah : 105 yang artinya :”Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Alloh dan Rasul-Nya serta orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan”
Sudah sangat jelas kita semua selaku
mahluknya wajib bekerja sebagai sarana menjemput penghidupan dalam profesi
apapun. Rasululloh SAW bersabda bahwa “Barangsiapa
yang menggantungkan hidupnya pada hasil kerjanya sendiri, maka ia akan
mendapatkan ampunan dari Allah” hadis lain yaitu bahwa : “bekerja mencari kayu dan memikul kayu diatas
punngung sesorang itu jauh lebih baik daripada meminta-minta, baik itu dikasih
atau ditolak”.
2. Muqtul
bathalati
(Memberantas pengangguran)
Prinsip yang kedua, bahwa
kewirausahaan adalah berfungsi memberantas pengannguran. Dengan semakin
banyaknya lapangan pekerjaan yang dibuka baik oleh individu, organisasi,
swasta, negara akan menyerap tenaga kerja sebagai solusi atas banyaknya
pengangguran. Dalam sebuah hadis yang menjadi dorongan untuk bekerja yaitu : “…pergilah, carilah kayu, lalu juallah, dan
jangan sampai aku melihatmu selama 15 hari sedang kamu masih disini dan tidak
mau bekerja”
3. Iqrarul
mikiyyati as Syakhsiyyati
(Pengakuan hak untuk perseorangan)
Islam sangat menjunjung tinggi hak
setiap orang, termasuk hak perseorangan. Hal itu karena islam mengakui hak
individu, swasta dan negara. Dalam sebuah ayat sudah Allah SWT tegaskan “La ta’kulu amwaalaku bainakum bilbaathil
illa antakuuna tijaarotin an tarodin minkum”.
La
berarti nahyi/larangan dalam kaidah
bahasa arab berati larangan dalam memakan harta sesame kecuali dengan jual beli
yang suka sama suka/ tidak ada paksaan. Begitu juga dalam beragama, “La ikroha fi al-diin” artinya tidak ada paksaan
dalam beragama.
4. Almaalu
min Nia’millah (Harta
benda adalah bagian dari nikmat Allah SWT)
Harta adng tidak telah titipan dari
Allah SWT. Yang bisa jadi titipan yang diamanahkan diambil kapan saja dalam
waktu yang tidak terduga. Oleh karena itu kita harus senantiasa bersyukur atas
harta yang kita miliki. Disamping itu, harta juga merupakan bagian nikmat dari
Allah SWT. Kenapa hanya bagian. Karena nikmat Alloh itu tidak terletak pada
harta semata tetapi keimanan, berislam, kesehatan, pendidikan termasuk harta
adalah nikmat Allah yang patut kita syukuri.
5. Jaa’lal
maalu al-mashalihi al-diiniyyati al-ijtimai’yyati (Menjadikan harta untuk
kemaslahatan agama dan sosial/masyarakat)
Seorang
wirausahawan yang kaya harus senantiasa menjadikan hartanya memberikan kemaslahatan
bagi dirinya dan keluarga serta sosial/masyarakat. Jika melihat Ustman bin Affan r.a beliau orang kaya dan
hartanya bermanfaat buat orang lain, seperti
dalam sejarah bahwa umar menyedekahkan uangnya untuk membeli setengah sumur yang ketika itu kemarau dan dikuasai
oleh orang kafir, Atas kedermawannya umat Islam
bisa terselematkan atas kebutuhannya atas air ketika itu . kemudian Abu Bakkar As-Sidiq dengan relanya menginfakkan
semua hartanya dan yang ditinggalkan hanya Allah
dan Rasulnya untuk perjuangan dakwah Islam. Sama halnya dengan Umar bin Khattab menginfakkan setengah hartanya untuk
dakwah Islam. Pun, wirausahawan pada zaman
sekatang seyogiyannya harus menjadikan hartanya maslahat bagi diri dan orang lain.
Kemudian disamping, harus memegang prinsip-prinsip islam
dalam berwirausaha. Kitapun harus memiliki karakter seorang wirausaha yang
Islami, yaitu :
1.
Kewirausahaan
yang illahiyah
Maksunya adalah bahwa ketika kita
berwirausaha sejak berniat, melaksanakan, melakukan (produksi, distribusi dan
konsumsi), pelayanan purna jual, dan penggunaah hasil usaha harus senantiasa
diniatkan karena Allah SWT.
Hal
ini ditegaskan dalam Qs. At-taubah ayat 105 bahwa ketika kita bekerja Allah,
Rasul dan orang-orang mukmin melihat pekerjaan kita, namun karena kita akan
dikembalikan tentunya harus semuanya lillah
(karena Allah SWT). Dan sebagai mahluk kita hanya berkiprah adapau hasil
urusan Allah, jika sudah bekerja, kita tinggal tawakal. Allah SWT maha tahu
akan kebutuhan kita.
2. Kewirausahaan yang Akhlakiyyah
Dalam hal ini, yang dimaksud adalah
dalam berwirausaha jangan sampai meninggalkan nilai akhlak yang islami : jujur,
amanah, penampilan, pelayanan, kata-kata/ucapan, pelaksanaa.
3.
Kewirausahaan
yang insaniyyah
Yang
dimaksud insaniyyah adalah bahwa
berwirausaha untuk memenuhi kebutuhan diri, keluarga, orang lain, kerabat, dan
sosial/ masayarakat dan lain-lain.
4.
Kewirausahaan
yang Wasyathiyyah
Maksud
dari wasyathiyah adalah bahwa ketika berwirausaha/bekerja haruslah seimbang dan
harus senantiasa berorientasi Fallah baik
di dunia maupun di akhirat. Kemudian tawazun
dalam segala hal. Disamping itu sedang-sedang dalam berbagai hal, sebagiaman
dalah hadis nabi : “khoirul umur ausatuha”
artinya sebaik-baiknya urusan adalah yang pertengahan. Misalnya dalam
penggunaan harta, kita tidak boros dan tidak juga kikir, tetapi pertengahan.
Kemudian,
ketika semua karakter dalam diri kita sudah ada dan senantiasa menerapkan
prinsip-prinsip islami dalam wirausaha tentu yang diharapakan memperoleh
kesuksesan. Ada beberapa hal yang senantiasa harus tingkatkan :
1. Penataan
pola pikir
2. Tentukan
cara Anda untuk sukses
3. Ubah
sikap dan raih kesuksesan
Upaya tersebut bisa kita raih dengan belajar baik formal
maupun informal. Meskipun kategori ini akan membuat kita dibenci sesuai hadis
nabi :
“La hasada illa istnaini, rojulun ataahullahu maalan fanasalatho a’la
mikihi fil haq wa rajulun ataahullahu hikmatan wahua yaqdhi bihaa wayua’llimuha”
Artinya : Tidak boleh
benci kecuali kepada pada dua hal : Laki-laki yang diberi Allah harta dan
digunakan unutk kebaikan dan laki-laki yang diberi Alah ilmu dan dia
mengamalkan dan mengajarkan kepada orang lain.
Namun kita harus ingat
bahwa mencari ilmu itu menghiasi kita,
“laisal jamalu biaswaabin tuzayyinunaa innal jamala jamalul ilmu wal
adab”
Artinya : Bukanlah
dinamakan cantik/ indah itu karena pakaian yang dipakainya, sesungguhnya
cantik/ bagus itu karena ilmu dan budi pekerti.
Terakhir saya membagi
kiat sukses yang saya dapat ketika perkuliahan dengan Prof. Dr. Suharto,M.H
yaitu :
1.
Niat Karena Allah SWT
2.
Bekali diri dengan imani, taabudi,
akhlakul karimah, ilmu pengetahuan, dan keterampilan
3.
Etos Kerja (Serius dan sungguh-sungguh)
4.
Evaluasi
5.
Kemapuan menghadapi masalah dan cari
solusi
6.
Perbaikan
7.
Doa
8.
Tanggung jawab
Yang
terakhir yang harus dilakukan 3 T (tekun, tekun dan tekun) karena orang pandai
akan kalah dengan orang tekun. Sehingga akan luar biasa ketika keduanya
dikombinasikan. Dan jangan lupa senatiasa illahiyah
dan syukur nikmat.
Semoga
bermanfaat…
Writed
By Nurdermawan/ S1 Ekonomi Islam/ IAIN Raden Intan Lampung
0 komentar:
Posting Komentar