Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 27 Januari 2014

Kiat Sukses menjadi "Pengusaha Sukses" yang Islami

BEKERJA DAN BERWIARAUSAHA DALAM ISLAM

                Manusia diciptakan oleh Alloh SWT dan ditempatkan di bumi dengan berbagai sumber penghidupan bertujuan sapaya bersyukur kepadaNya (Qs. Al-A’roff)  Sehingga apapun propesinya, sesungguhnya Allah-lah yang mempersiapkannya baik PNS, TNI, polisi, hakim, pengacara, advokat, akuntan, wartawan, pengusaha, auditor, dll. Hal ini bisa kita cermati pada potongan ayat “ wajaa’lnaa lakum fiihaa maa’yisy”,  maa’yisy dalam kalimat tersebut merupakan bentuk sighat jamak taksir yang berarti bermakna banyak, sehingga dapat diartikan bebagai macam sumber penghidupan telah Allah SWT persiapkan bagi mahluknya, kemudian yang menjadi persoalan di profesi mana kita menjemput penghidupan yang telah disiapkan. Dan dari pekerjaan itu Allah SWT menjadikan manusia kaya dan cukup (mampu), adapun keadaan miskin adalah karena kesalahannya sendiri. Hal tersebut karena Allah SWT tidak merubah suatu kaum, kecuali kaum itu yang merubah dirinya sendiri.




            Namun, amat sedikit yang bersukur. Sedikit disini merupakan penafsiran kulitatif, sehingga pemaknaannya tidak ada batasan angka, berapa jumlahnya, sehingga upaya menjadi golongan yang sedikit itu harus kita upayakan.
            Dalam berupaya menjadi golongan yang sedikit, bekerja dan berwirausaha dalam Islam harus senantiasa sesuai dengan prinsip yang illahiyah, semua diniatkan karena Allah SWT. Ketika kita dalam keadaan kaya dan mampu tentunya akan dapat memberikan kontribusi positif baik buat pribadi maupun orang lain. Adapun prinsip-prinsip Ekonomi Islam dalam kewirausahaan sbb :
1.      Wujubul a’mali (Wajib bekerja)
            Manusia sebagai mahluk dan khalifah di muka bumi wajib bekerja dalam menjemput sumber penghidupan, sebagaimana firman Allah SWT Qs. At-taubah : 105 yang artinya :”Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Alloh dan Rasul-Nya serta orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”
            Sudah sangat jelas kita semua selaku mahluknya wajib bekerja sebagai sarana menjemput penghidupan dalam profesi apapun. Rasululloh SAW bersabda bahwa “Barangsiapa yang menggantungkan hidupnya pada hasil kerjanya sendiri, maka ia akan mendapatkan ampunan dari Allah” hadis lain yaitu bahwa : “bekerja mencari kayu dan memikul kayu diatas punngung sesorang itu jauh lebih baik daripada meminta-minta, baik itu dikasih atau ditolak”.

2.      Muqtul bathalati (Memberantas pengangguran)
            Prinsip yang kedua, bahwa kewirausahaan adalah berfungsi memberantas pengannguran. Dengan semakin banyaknya lapangan pekerjaan yang dibuka baik oleh individu, organisasi, swasta, negara akan menyerap tenaga kerja sebagai solusi atas banyaknya pengangguran. Dalam sebuah hadis yang menjadi dorongan untuk bekerja yaitu : “…pergilah, carilah kayu, lalu juallah, dan jangan sampai aku melihatmu selama 15 hari sedang kamu masih disini dan tidak mau bekerja”

3.      Iqrarul mikiyyati as Syakhsiyyati (Pengakuan hak untuk perseorangan)
            Islam sangat menjunjung tinggi hak setiap orang, termasuk hak perseorangan. Hal itu karena islam mengakui hak individu, swasta dan negara. Dalam sebuah ayat sudah Allah SWT tegaskan “La ta’kulu amwaalaku bainakum bilbaathil illa antakuuna tijaarotin an tarodin minkum”.
La berarti nahyi/larangan dalam kaidah bahasa arab berati larangan dalam memakan harta sesame kecuali dengan jual beli yang suka sama suka/ tidak ada paksaan. Begitu juga dalam beragama, “La ikroha fi al-diin” artinya tidak ada paksaan dalam beragama.

4.      Almaalu min Nia’millah (Harta benda adalah bagian dari nikmat Allah SWT)
            Harta adng tidak telah titipan dari Allah SWT. Yang bisa jadi titipan yang diamanahkan diambil kapan saja dalam waktu yang tidak terduga. Oleh karena itu kita harus senantiasa bersyukur atas harta yang kita miliki. Disamping itu, harta juga merupakan bagian nikmat dari Allah SWT. Kenapa hanya bagian. Karena nikmat Alloh itu tidak terletak pada harta semata tetapi keimanan, berislam, kesehatan, pendidikan termasuk harta adalah nikmat Allah yang patut kita syukuri.

5.      Jaa’lal maalu al-mashalihi al-diiniyyati al-ijtimai’yyati (Menjadikan harta untuk kemaslahatan agama dan sosial/masyarakat)
                        Seorang wirausahawan yang kaya harus senantiasa menjadikan hartanya     memberikan             kemaslahatan bagi dirinya dan keluarga serta sosial/masyarakat. Jika            melihat Ustman bin Affan r.a beliau orang kaya dan hartanya bermanfaat buat orang lain, seperti dalam sejarah bahwa umar menyedekahkan uangnya untuk membeli setengah       sumur yang ketika itu kemarau dan dikuasai oleh orang kafir, Atas kedermawannya umat             Islam bisa terselematkan atas kebutuhannya atas air ketika itu . kemudian Abu Bakkar             As-Sidiq dengan relanya menginfakkan semua hartanya dan yang ditinggalkan hanya        Allah dan Rasulnya untuk perjuangan dakwah Islam. Sama halnya dengan Umar bin Khattab menginfakkan setengah hartanya untuk dakwah Islam. Pun, wirausahawan pada          zaman sekatang seyogiyannya harus menjadikan hartanya maslahat bagi diri dan orang   lain.

            Kemudian disamping, harus memegang prinsip-prinsip islam dalam berwirausaha. Kitapun harus memiliki karakter seorang wirausaha yang Islami, yaitu :
1.      Kewirausahaan yang illahiyah
            Maksunya adalah bahwa ketika kita berwirausaha sejak berniat, melaksanakan, melakukan (produksi, distribusi dan konsumsi), pelayanan purna jual, dan penggunaah hasil usaha harus senantiasa diniatkan karena Allah SWT.
Hal ini ditegaskan dalam Qs. At-taubah ayat 105 bahwa ketika kita bekerja Allah, Rasul dan orang-orang mukmin melihat pekerjaan kita, namun karena kita akan dikembalikan tentunya harus semuanya lillah (karena Allah SWT). Dan sebagai mahluk kita hanya berkiprah adapau hasil urusan Allah, jika sudah bekerja, kita tinggal tawakal. Allah SWT maha tahu akan kebutuhan kita.

2.      Kewirausahaan yang Akhlakiyyah
            Dalam hal ini, yang dimaksud adalah dalam berwirausaha jangan sampai meninggalkan nilai akhlak yang islami : jujur, amanah, penampilan, pelayanan, kata-kata/ucapan, pelaksanaa.

3.      Kewirausahaan yang insaniyyah
            Yang dimaksud insaniyyah adalah bahwa berwirausaha untuk memenuhi kebutuhan diri, keluarga, orang lain, kerabat, dan sosial/ masayarakat dan lain-lain.

4.      Kewirausahaan yang Wasyathiyyah
            Maksud dari wasyathiyah adalah bahwa ketika berwirausaha/bekerja haruslah seimbang dan harus senantiasa berorientasi Fallah baik di dunia maupun di akhirat. Kemudian tawazun dalam segala hal. Disamping itu sedang-sedang dalam berbagai hal, sebagiaman dalah hadis nabi : “khoirul umur ausatuha” artinya sebaik-baiknya urusan adalah yang pertengahan. Misalnya dalam penggunaan harta, kita tidak boros dan tidak juga kikir, tetapi pertengahan.

Kemudian, ketika semua karakter dalam diri kita sudah ada dan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip islami dalam wirausaha tentu yang diharapakan memperoleh kesuksesan. Ada beberapa hal yang senantiasa harus tingkatkan :
1.      Penataan pola pikir
2.      Tentukan cara Anda untuk sukses
3.      Ubah sikap dan raih kesuksesan
            Upaya tersebut bisa kita raih dengan belajar baik formal maupun informal. Meskipun kategori ini akan membuat kita dibenci sesuai hadis nabi :
La hasada illa istnaini, rojulun ataahullahu maalan fanasalatho a’la mikihi fil haq wa rajulun ataahullahu hikmatan wahua yaqdhi bihaa wayua’llimuha
Artinya : Tidak boleh benci kecuali kepada pada dua hal : Laki-laki yang diberi Allah harta dan digunakan unutk kebaikan dan laki-laki yang diberi Alah ilmu dan dia mengamalkan dan mengajarkan kepada orang lain.
Namun kita harus ingat bahwa mencari ilmu itu menghiasi kita,
laisal jamalu biaswaabin tuzayyinunaa innal jamala jamalul ilmu wal adab”
Artinya : Bukanlah dinamakan cantik/ indah itu karena pakaian yang dipakainya, sesungguhnya cantik/ bagus itu karena ilmu dan budi pekerti.
Terakhir saya membagi kiat sukses yang saya dapat ketika perkuliahan dengan Prof. Dr. Suharto,M.H yaitu :
1.      Niat Karena Allah SWT
2.      Bekali diri dengan imani, taabudi, akhlakul karimah, ilmu pengetahuan, dan keterampilan
3.      Etos Kerja (Serius dan sungguh-sungguh)
4.      Evaluasi
5.      Kemapuan menghadapi masalah dan cari solusi
6.      Perbaikan
7.      Doa
8.      Tanggung jawab

Yang terakhir yang harus dilakukan 3 T (tekun, tekun dan tekun) karena orang pandai akan kalah dengan orang tekun. Sehingga akan luar biasa ketika keduanya dikombinasikan. Dan jangan lupa senatiasa illahiyah dan syukur nikmat.

Semoga bermanfaat…

Writed By Nurdermawan/ S1 Ekonomi Islam/ IAIN Raden Intan Lampung

0 komentar:

Posting Komentar